Mengarungi Lembah Baliem

Sulit untuk tidak berdecak kagum jika Anda berkunjung ke Lembah Baliem di dataran Papua. Ia seperti medan magnet yang mengundang siapa saja untuk datang dan menjelajahinya. Dan itulah yang saya rasakan. Bersama istri di akhir pekan yang cerah, saya mengarungi sebagian lembah indah ini dengan dua sepeda.

Mengingat medan berat yang akan kami tempuh, maka sebelumnya saya harus menyiapkan segala sesuatunya. Diantaranya adalah makan pagi dan meregangkan otot-otot agar stamina tubuh tetap fit. Tak lupa saya juga menyiapkan biskuit, air minum, sampai cadangan ban dalam dengan pompa ban mungil serta tool kit.

Perjalanan dimulai pukul 09.00 WIT. Kami memulainya dari Kota Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya yang terletak di Wilayah Pegunungan Tengah, Papua. Kota ini terletak sekitar 1500 meter dari permukaan laut (mdpl) dan hanya dapat dicapai dengan moda transportasi udara. Posisinya seolah menunjukkan ia terletak di jantung Papua. Tak aneh jika muncul anggapan bahwa Anda belum ke Papua jika belum menginjakkan kaki di Wamena.

Saat itu hari sungguh cerah dan suhu udara berkisar di angka 22 derajat celcius. Dan kami yakin penjelajahan di akhir pekan ini akan terasa sangat menyegarkan dan membebaskan. Hanya saja, sengatan matahari perlu diantisipasi dengan menggunakan baju lengan panjang dan topi atau helm sepeda dengan sun-visor. Ini untuk menjaga agar kulit tidak perih atau terbakar.

Tujuan kami adalah Asolotipo, sebuah tempat wisata yang sangat menarik. Jaraknya sekitar 15 kilometer ke arah utara Kota Wamena. Dinamika medan perjalanan cukup variatif, dengan kombinasi antara jalan datar, tanjakan, dan turunan. Medan tanjakan mengisi sekitar 25 persen dari total jarak perjalanan. Dengan kondisi ini, penggunaan sepeda gunung dengan minimal kecepatan 21 (21 speed) cukup disarankan. Penggunaan sepeda gunung ini juga berguna untuk menghadapi kondisi perjalanan off-road yang menyumbang sekitar 10 persen dari total perjalanan.


Oleh Prana Sunaryo

No comments:

Post a Comment